Langsung ke konten utama

Postingan

18 OKTOBER 2023; ANNIVERSARY KITA PERTAMA

Yang pernah saya tuliskan padamu pada waktu itu
Postingan terbaru

JIHAD SANTRI JAYAKAN NEGERI

22 oktober 1945 silam Fatwa resolusi jihad bergema dari tanah jombang Seruan jihad fi sabilillah dari mbah yai hasyim asyari kepada umat muslim santer mengguncang Di tiap sudut wilayah kota maupun pelosok desa terasa menggetarkan Dari mulut ke mulut, dari surau ke surau, masjid ke masjid fatwa agung itu tersebarkan Mencegat agresi kembalinya para penjajah perampok kemerdekaan Demi satu tekad Hubbul Wathon Minal iman Bahwa cinta tanah air adalah sebagian dari iman Pekikan takbir dari kaum sarungan Bergemuruh di langit surabaya terdengar lantang diteriakkan Dipimpin kiai hasyim tebu ireng, kiai asad sidogiri, kiai abbas buntet, kiai mahrus lirboyo, kiai sidiq jember, kiai munasir mojokerto, kiai bisri rembang, kiai amin cirebon dan para kiai-kiai hebat melakukan pergerakan Bersama pasukan ribuan santri laskar hizbullah dan sabillah gegap gempita menumbukkan semangat perjuangan Siap berperang sampai darah penghabisan Melawan asap-asap senjata para penjajah menyeramkan Menikam

WANITA TERHEBAT ITU BERNAMA IBU

Ketika pagi menciptakan kehangatan, terhampar kisah seorang ibu penuh perjuangan. Pilar penuh kekuatan dibalik setiap langkah keluarga yang tak tegantikan. Fajar yang belum nampak kelihahatan, sang ibu sudah bangkit untuk menyiapkan sarapan, mencuci bertumpuk-tumpuk pakaian. Pagi selalu menceritakan, bahwa ibu adalah langkah yang sarat dengan dedikasi terbaik perjuangan. Senyum tulusnya mendampingi anak-anaknya dalam setiap tahapan-tahapan kehidupan. Menjadi guru pertama yang mengajarkan huruf, angka dan nilai-nilai kebaikan. Di malam hari saat lampu mulai dipadampkan, ia membacakan dongeng, kisah, atau bahkan memberi nasehat untuk membawa anak-anaknya menuju dunia indah impian. Sekaligus bekal kebaikan yang akan dibawa anak-anaknya di masa depan.  Beribu rumpun dalam perjuangan. Tak terbatas di dalam rumah tempatnya mengejar impian. Rangkaian ketekunan senantiasa mengilhami setiap generasi di masa depan. Kasih sayangnya menjadi semangat dalam menghadapi getir-getir cobaan.

Pahit Manis Sosmed untuk Anak Kita

Tidak bisa kita pungkiri bahwa media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari kita. Dari semua kalangan, yang tua maupun muda, atau bahkan anak-anak, seakan seluruh aspek kehidupan mereka sudah saling berkelindan dengan dunia maya sosial media.  Sebagaimana kehidupan, tentu segala sesuatu pasti memiliki sisi baik dan buruk. Dalam konteks ini adalah realita dari pengaruh seperti apa ketika media sosial dibenturkan dengan dunia anak-anak. Sebagai negara dengan pertumbuhan pengguna internet yang begitu pesat, Indonesia juga menyaksikan sejumlah besar anak-anak yang terhubung dengan media sosial. Menurut data dari We Are Social dan Hootsuite, pada tahun 2021, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 160 juta orang. Pun faktanya lagi, lebih dari setengahnya berusia di bawah 24 tahun. Ini menunjukkan betapa pentingnya peran media sosial dalam kehidupan anak-anak di Indonesia. Media sosial bisa memberika

Gagah Sekali Kang Santri Itu ...!?

Dia, begitu gagah dalam pandangan sebagian kalangan. Mengenakan baju dengan motif lipatan seribu. Sarung dengan fitur tambahan shockbreaker pada bagian bawah menandakan betapa legendnya outfit muslim yang sedang dikenakan. Dipadukan dengan aksesoris kepala yang khas, peci, dengan kombinasi warna yang begitu - meminjam istilah anak kekinian - estetik, absarak, dalam balutan kekusaman. Sungguh betapa kegagahan itu kian terlihat mengesankan. Di genggamnya ujung pena tumpul tanpa diisikan oleh tinta bermerk naga. Selembar kertas yang sudah lusuh terjembreng dengan sendirinya. Ia masih saja acuh tak acuh atas keadaan. Sebab pagi itu misinya hanya ingin bermesraan dengan harapan. Bercengkerama dengan mimpi yang semoga terwujudkan. Menciptakan semacam romantisme hidup yang terbaik di masa depan. Dalam setiap langkah di bawah payung pengharapan ridho guru, orang tua, dan juga Allah Sang Maha Rahman. 

JEJAK MERDEKA; Mengukir Juang Keabadian

Di bawah langit biru merdeka, Berkibarlah bendera sang saka, Tak terukir di batu, namun dalam jiwa, Semangat kemerdekaan tetap berkobar. Dulu, pahlawan berjuang dengan gigih, Menegakkan bendera di puncak semangat, Berkorban demi satu impian besar, Mengukir jejak keabadian yang abadi. Suara merdeka terdengar merdu, Dalam nyanyian anak negeri tercinta, Satu bangsa, satu tujuan, satu tekad, Kemerdekaan kita, harta yang tak ternilai. Bersatu dalam perbedaan, tumbuhlah bangga, Merajut cita-cita yang terus berkibar, Generasi penerus, tugas di tanganmu, Meneruskan cinta pada negeri tercinta. Kemerdekaan, pelita di kegelapan, Harapan bagi setiap hati yang terus berjuang, Teruslah bersinar, teruslah berkobar, Indonesia, negeri yang merdeka dan besar.

PISAU TAJAM SOSIAL MEDIA

Kebutuhan masyarakat terhadap media sosial telah mengalami transformasi signifikan seiring berjalannya waktu. Media sosial tidak lagi sekadar menjadi platform untuk bersosialisasi atau berbagi foto, melainkan telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari yang memengaruhi cara kita berkomunikasi, mendapatkan informasi, dan berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam era digital ini, media sosial memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat, baik secara personal maupun sosial. Pertama-tama, media sosial memberikan tempat bagi individu untuk tetap terhubung dengan teman, keluarga, dan rekan-rekan jarak jauh. Dalam dunia yang semakin global, media sosial memungkinkan kita untuk berinteraksi dengan orang dari berbagai penjuru dunia tanpa terbatas oleh batas geografis. Selain itu, media sosial juga menjadi sumber informasi utama bagi banyak orang. Dalam beberapa detik, kita dapat mengakses berita terbaru, pandangan ahli, dan perkembangan terkini di berbagai bidang.

LAILATUL QADAR; MALAM AGUNG PENUH MISTERI

Dari perjalanan waktu ke waktu. Dari satu malam ke malam yang lain. Dari sekian banyak penantian magrib menuju malam peraduan sepertiga malam. Rutinitas tahunan membangunkan setiap orang untuk menyantap hidang. Berawal dari kebahagiaan menyambut kedatangannya sampai tiba di sepuluh hari terakhirnya. Ramadhan hampir melambaikan tangan pertanda selamat tinggal. Saat sapa hilal satu syawal terlihat atau terhitung oleh mereka para ahli itu. Kemeriahan malam penuh suara lantunan Alquran, atau sekedar canda dari anak-anak para remaja di tiap-tiap masjid ataupun mushola, dan benyak kebahagiaan lainnya, akan segera menemui kesepiannya masing-masing. Adakah kebiasaan manusia masih seperti sebelum-sebelumnya. Semangat ibadah mencari sedemikian banyak pahala lambat laun mengikis pada tiap minggu-minggu yang berlalu. Atau justru sebaliknya. Semangat yang mulai tergalakkan seiring kabar dari Nabi dan para ulama tentang Malam Lailat ul Qadar di sepuluh hari terakhir ini. Lailat ul qa

SALAH SANGKA

Pertaruhan ego Selalu bertentangan dengan sesal Beradu dengan prasangka Kehancuran meluruhkan hidup Tersayat luka-lula yang tak terlihat Merobek meluruhkan daya Batin kita sedang menjerit Memohon berhenti Tapi selalu kembali lagi Kita meresapi segala lara. Tapi sebenarnya kita memaksanya masih ada Bahkan kita tak tau cara menyelesaikannya Amarah dan kebencian tak memberi pengaruh Karena semua bermuara pada fikiran yang utuh

PERNIKAHAN DAN SEBUAH PEMBELAJARAN

Menikah pada dasarnya bukan persoalan menuntut hak masing-masing pasangan yang harus dipenuhi oleh pasangannya. Entah istri yang menuntut suami. Atau pun sebaliknya, suami menuntut pada istri untuk ini itu. Tapi lebih dari itu. Banyak hal lain, tentunya. Tentang meredam sisi ego masing-masing, menjaga keharmonisan, saling mengalah satu sama lain. Bekerja sama. Saling membantu dan melengkapi. Saling mempersembahkan kasih sayang, cinta, rasa persahabatan, dan lain sebagainya. Bahwa menikah adalah cerminan dari konsep fastabiqul khoirot. Berusaha melakukan yang terbaik satu sama lain. Istri sebisa mungkin membantu suami. Begitupun suami, juga membantu sang istri. Tentu saja, konsep membantu ini tidak melulu soal materi. Banyak hal. Apapun itu, yang pada intinya sesuatu yang memberi nilai kemaslahatan bersama. Maka dalam pada itu, sudah menjadi semacam konsekuensi logis bahwa istri yang baik tidak akan bermalas-malasan dalam mengurus keluarga. Demikian juga, suami yang baik sud